2 Agustus 2025 jadi hari yang tidak akan pernah aku lupakan. Untuk pertama kalinya, aku mendaki gunung — dan pilihanku jatuh pada Gunung Merbabu via jalur Suwanting, jalur yang terkenal dengan tanjakannya yang curam sekaligus pemandangan yang luar biasa indah.

Sejak langkah awal, aku sudah bertanya-tanya: “Sanggupkah aku?” Beban carrier terasa berat, nafas terengah-engah, dan jalur seakan tak ada habisnya. Namun perjalanan ini memberiku banyak pelajaran. Saat dari Pos 1 menuju Pos 2, aku bahkan harus membawa double carrier karena teman satu tim sakit dan masih dalam masa adaptasi dengan gunung pertamanya juga. Momen itu membuatku benar-benar mengerti arti saling mendukung dalam pendakian.

Perjalanan dari Pos Rimba menuju Pos 3 atau camp memakan waktu sekitar 8 jam. Malam itu kami bermalam di sana, beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Tepat jam 3 pagi, kami bangun untuk makan dan mempersiapkan diri menuju summit.

Perjalanan dari camp menuju puncak benar-benar penuh tantangan. Suhu dingin yang menusuk, rasa kantuk yang berat, serta medan curam yang menguji fisik dan mental. Tapi semua lelah itu akhirnya terbayar lunas saat tiba di Puncak Triangulasi Merbabu, 3.142 mdpl. Momen berdiri di atas awan, menatap keindahan alam dari ketinggian, membuat semua perjuangan terasa sangat berharga.

Merbabu bukan hanya gunung pertamaku, tapi juga guru pertamaku dalam mendaki — mengajarkan arti keberanian, kebersamaan, dan menikmati setiap proses meski penuh rintangan.

Langkah kecilku di Merbabu, adalah awal dari cinta pada dunia pendakian.